Breaking News

Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Hutan

Arief (1994) menyatakan bahwa daerah tropis adalah wilayah yang terletak di antara garis isoterm 180 C bulan terdingin. Daerah tropis secara keseluruhan mencakup 30 % dari luas permukaan bumi. Hutan Tropis merupakan hutan yang berada di daerah tropis. Di daerah tropis suhu udara rata-rata tahunan umumnya tinggi (di atas 180°C dengan perubahan antara suhu rata-rata pada bulan terpanas dan terdingin sangat rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa di daerah tropis ini suhu udara hampir sama sepanjang tahun. Perubahan suhu harian, antara suhu minimum dan maksimum harian cukup tinggi. Sebagai contoh disampaikan keadaan temperatur udara di Bogor (300 m dpl) sebagai berikut 

Tabel 2. Suhu Rata-Rata Bulanan

Maksimum (juli)

25,3o C

Minimum (juni)

24,3°C

Perbedaan

1,0°C

Suhu rata-rata harian

Maksimum (Pkl 14.00)

32,4°C

Minimum (Pkl 06.00)

23,4°C

Perbedaan

9,0°C

Perbedaan suhu akan berkaitan pula dengan tinggi tempat di atas permukaan laut (d.p.l). Semakin tinggi suatu tempat suhu akan semakin turun, rata-rata setiap penambahan tinggi suatu sebesar 100 m suhu akan turun 0,4 – 0,7°C.

Curah hujan di daerah tropis umumnya tinggi. Di sekitar equator (Lintang 00) mempunyai curah hujan yang tertinggi dan semakin jauh dari equator curah hujan akan semakin berkurang. Matahari akan berada tepat di atas equator (zenit) dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret dan September. Pada saat matahari berada tepat di atas equator akan terjadi pemanasan yang tinggi, udara lembab akan bergerak naik dan menjadi dingin sehingga akan terbentuk awan yang selanjutnya akan turun kembali sebagai hujan.

Pembentukan awan hujan juga dipengaruhi oleh angin, yaitu angin Pasat Timur Laut dan angin Pasat Tenggara, dan untuk daerah Asia Tenggara dipengaruhi pula oleh adanya angin Monsun (angin Musim), yaitu angin Monsun Timur Laut dan angin Monsun Tenggara. Adanya angin tersebut akan menimbulkan adanya periodisasi curah hujan, yaitu adanya musim penghujan dan musim kemarau. Hal ini mempunyai arti penting baik bagi vegetasi secara umum maupun dalam hal pemanfaatan lahan.

Besar kecilnya curah hujan di daerah tropis juga dipengaruhi oleh tinggi tempat dan jarak tempat dari permukaan laut. Pada suatu wilayah pegunungan curah hujan akan semakin besar dengan bertambahnya ketinggian tempat namun pada tempat yang lebih tinggi lagi curah hujannya semakin berkurang (Weidelt, 1995). Ciri lain curah hujan di wilayah tropis adalah tingginya intensitas curah hujan.  Sebagai contoh : tahun 1974 di daerah Honduras terjadi curah hujan sebesar 1.000 mm dalam kurun waktu 48 jam, di Baguio (Filiphina) tercatat curah hujan sebesar 1.130 mm dalam 24 jam dan di Venezuela sebesar 1.200 mm hanya dalam jangka waktu 4 jam.

Daerah tropis mempunyai lama penyinaran matahari yang tinggi dan merata sepanjang tahun dengan perbedaan yang sangat rendah. Radiasi sinar matahari dengan intensitas yang tinggi akan berkurang dengan adanya awan dan kelembaban udara yang tinggi.  Di Hutan hanya pohon-pohon yang tertinggi saja yang menerima cahaya secara penuh. Perlindungan terhadap tingginya intensitas cahaya dilakukan antara lain : warna daun muda yang merah kecoklatan, panphotometri dan adanya permukaan tajuk yang mengkilat.

Pada lapisan tajuk bagian bawah intensitas cahaya akan semakin berkurang dan intensitas cahaya yang dapat mencapai permukaan tanah hanya sekitar 1%. Cahaya merupakan faktor yang sangat penting terutama untuk ruangan di antara lapisan tajuk bagian tengah dan permukaan tanah, dimana pada ruangan tersebut terdapat permudaan berbagai jenis pohon

Angin dapat pula dimasukkan dalam faktor iklim. Efek Mekanis dan fisiologis angin terhadap vegetasi seperti halnya yang terjadi pada wilayah iklim campuran. Hal yang tidak dapat dibandingkan adalah seringnya terjadi badai di daerah tropis atau siklon tropis. Adanya siklon ini sangat membahayakan tegakan, tidak hanya merusak hutan alam yang ada, merusak suksesi yang telah berlangsung dan bahkan lebih berbahaya untuk hutan tanaman.

Hutan dapat mengurangi kecepatan pergerakan angin. Weidelt (1995) telah mengukur kecepatan angin di hutan hujan tropis di wilayah Brasilia bagian Selatan. Hasil Pengukuran adalah sebagai berikut 

Tabel 3. Kecepatan Angin Dalam Hutan Tropis

LOKASI PENGUKURAN

KECEPATAN ANGIN

Tempat Terbuka
(150 m dari tepi hutan)

0,63 km/jam

100 m di dalam tegakan

0,13 km/jam

1100m di dalam tegakan

0 km / jam (tidak ada angin

Angin merupakan faktor lingkungan yang penting, yang berperan dalam mengalirkan udara baru yang banyak mengandung karbondioksida. Apabila tidak ada angin kandungan karbondioksida dalam hutan tidak tercukupi.

Fotosintesis atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan sinar matahari dan enzim-enzim. Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya.

Fotosintesis adalah fungsi utama dari daun. Proses fotosintesis sangat penting  bagi kehidupan di bumi karena hampir semua makhluk hidup tergantung pada proses ini. Proses Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi.

Daun terdiri dari jaringan-jaringan yang masing-masing mempunyai fungsi spesifik. Jaringan-jaringan tersebut adalah Epidermis Jaringan ini terbagi menjadi epidermis atas dan epidermis bawah, berfungsi melindungi jaringan yang terdapat di bawahnya. Jaringan Pagar atau Jaringan Tiang dikenal juga dengan istilah jaringan palisade, merupakan jaringan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis.

Jaringan bunga karang disebut juga jaringan spons karena lebih berongga bila dibandingkan dengan jaringan palisade, berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan  makanan. Berkas pembuluh angkut terdiri dari xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh tapis, pada tumbuhan dikotil keduanya dipisahkan oleh kambium. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam yang diserap akar dari dalam tanah ke daun (untuk digunakan sebagai bahan fotosintesis). Floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan, termasuk daun itu sendiri.

Stoma (jamak: stomata) berfungsi sebagai organ respirasi. Stoma mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stoma ibarat hidung kita dimana stoma mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stoma terletak di epidermis bawah. Selain stoma, tumbuhan tingkat tinggi juga bernafas melalui lentisel yang terletak pada batang.

Fungsi Daun adalah pembuat makanan yang utama bagian dari hampir semua tumbuhan. bunga, rumput, semak belukar, dan pohon tergantung pada daun-daunnya untuk membuat makanan untuk keperluan tumbuhan tersebut. Demikian juga banyak tumbuhan yang lain, meliputi paku-pakuan, sayur-sayuran, buah-buhan dan rumput-rumputan. Tiap daun merupakan suatu pabrik makanan kecil. Daun menangkap energi dari cahaya matahari dan digunakan untuk membuat gula merupakan hasil menyerap air dari tanah dan karbondioksida dari udara. Gula ini diubah untuk banyakunsur kimia lain.

Unsur ini menjadi makanan yang menyediakan energi pada tumbuhan untuk bertumbuh, untuk menghasilkan bunga dan benih, dan untuk melanjutkan semua aktivitas lainnya.  Cadangan makanan tumbuhan dibuat oleh daun tersimpan dalam buah, akar, biji, batang, dan bahkan di dalam daun-daunnya. Tanpa makanan ini, tumbuhan tidak bisa hidup. Sebagai tambahan, semua bahan makanan yang manusia dan binatang makan dihasilkan juga dari tumbuhan atau dari hewan yang memakan tumbuhan. Daun beragam ukuran dan bentuknya antar tumbuh-tumbuhan. Banyak yang bujur telur, tetapi yang lain berbentuk lancip, menjari, berbentuk hati, atau banyak lagi bentuk yang lain.  Kehidupan tumbuhan hijau sangat tergantung pada daun, karena daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan autotrof obligat, tumbuhan harus membuat kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.

Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air. Daun segar (kiri) dan tua. Daun tua telah kehilangan klorofil sebagai bagian dari penuaan. Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).

Daun sebagai organ tumbuhan yang berwarna hijau mempunyai beberapa fungsi :

1. Tempat terjadinya fotosintesis.  pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim palisade. sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada jaringan spons.

2. Sebagai organ pernapasan atau respirasi.  Di daun terdapat stomata yang befungsi sebagai organ respirasi (lihat keterangan di bawah pada Anatomi Daun).

3. Tempat terjadinya transpirasi. Transpirasi merupakan proses menguapnya air pada daun. Proses transpirasi terjadi pada daun lewat stomata atau mulut daun yang terdapat pada permukaan daun, dan lebih banyak pada permukaan daun bagian bawah.

4. Tempat terjadinya gutasi. Tempat keluarnya cairan dari dalam tumbuhan

5. Alat reproduksi vegetatif. Daun dapat dijadikan bagian untuk memperbanyak tanaman. contoh sederhana pada tanaman cocor bebek (tunas daun).

Sejumlah Angiospermae efisien dalam melakukan fotosintesis pada intensitas cahaya rendah daripada intensitas cahaya tinggi, sedangkan banyak Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi. Perbandingan antara kedua kelompok tanarnan tersebut pada intensitas cahaya rendah dan tinggi seringkali dapat memberikan tekanan-tekanan pada kapasitas fotosintesis terutama pada pe­nimbunan makanan.

Simarangkir (2000) mengemukakan pertumbuhan diameter tanaman berhubungan erat dengan laju fotosintesis akan sebanding dengan jumlah intensitas cahaya matahari yang diterima dan respirasi. Akan tetapi pada titik jenuh cahaya, tanaman tidak mampu menambah hasil fotosintesis walaupun jumlah cahaya bertambah. Selain itu produk fotosintesis sebanding dengan total luas daun aktif yang dapat melakukan fotosintesis.  Pernyataan Daniel, et al. (1992) bahwa terhambatnya pertumbuhan diameter tanaman karena produk fotosintesisnya serta spektrum cahaya matahari yang kurang merangsang aktivitas hormon dalam proses pembentukan sel meristematik kearah diameter batang, terutama pada intensitas cahaya yang rendah.

Parameter penting iklim untuk mengungkapkan kondisi iklim di hutan adalah suhu dan curah hujan.  Banyak usaha telah dilakukan untuk membuat korelasi antara zone-zone vegetasi dengan daerah-daerah iklim tropis. Kadang-kadang suhu dipertimbangkan sebagai faktor yang paling penting dan juga curah hujan sebagai faktor yang terberat.

Pada umumnya pertumbuhan meningkat kalau temperatur naik dan menurun apabila temperatur turun. Namun kecepatan pertumbuhan ini tidak terus menerus bertambah dengan naiknya temperatur, oleh karena pada suatu saat timbul efek-efek membahayakan dan kecepatan pertumbuhan menurun.

Kerusakan karena suhu yang tinggi disebabkan oleh kekeringan dan respirasi yang amat tinggi, sehingga konsumsi bahan makanan akan melebihi produksi fotosintesa. Suhu mempengaruhi pertumbuhan karena efeknya terhadap semua aktivitas metabolisme seperti digesti, translokasi, respirasi dan pembangunan protoplasma baru. Pertumbuhan biasanya bertambah dengan meningkatnya suhu sampai mencapai suatu suhu tinggi yang kritis untuk suatu spesies dan kemudian pertumbuhan menurun dengan cepat. Penurunan pertumbuhan mungkin disebabkan oleh respirasi yang berlebihan dan mereduksi karbohidrat karena penurunan fotosintesis.

Pada daerah tropika hujan yang jumlahnya tinggi dan merata sepanjang tahun terjadi di daerah sekitar equator tetapi semakin berkurang baik jumlah maupun sebarannya pada daerah yang semakin jauh dari equator. Hal ini menyebabkan terjadinya variasi iklim. Dengan adanya variasi iklim membawa konsekuensi ekologis penting terhadap kehidupan vegetasi antara lain berpengaruh pada proses pertumbuhan daun, bunga dan buah. Selain hujan berpengaruh pada variasi iklim, hujan juga berpengaruh bagi tersedianya air bagi pertumbuhan tanaman.

Lakitan (1993), iklim banyak diubah oleh ketinggian tempat. Bagian-bagian yang lebih tinggi dari suat daerah umumnya lebih banyak kena pasir daripada bagian-bagian yang lebih rendah. Pada elevasi-elavasi yang lebih tinggi radiasi matahari selama cuaca terang adalah lebih terik daripada elevasi-elevasi yang lebih rendah. Angin yang lebih keras meniup pada elevasi-elevasi yang tinggi daripada elevasi-elevasi yang lebih rendah. Temperatur tanah menurun dengan meningkatnya ketinggian. Atmosfer kurang rapat pada elevasi-elevasi yang lebih tinggi karena itu kurang dapat mengabsorbsi dan memegang panas. Lembah-lembah dan jurang-jurang dapat lebih banyak terkena bahaya hawa dingin dibandingkan lereng-lereng didekatnya yang berada beberapa ratus meter lebih tinggi.

Lebih lanjut Lakitan (1993), menjelaskan bahwa ketinggian tempat mempunyai efek-efek tidak langsung terhadap riap dan bentuk pohon-pohon hutan. Efek tidak langsung dari bertambahnya ketinggian terhadap  pohon-pohon sebagai individu adalah sebagai berikut :

1.     Pertumbuhan tinggi menurun secara teratur,

2.     Riap total lambat laun akan menurun,

3.     Waktu pengembangan diperpanjang, yaitu pohon memerlukan waktu lebih lama untuk menjadi dewasa.

4.     Perkembangan tajuk lambat laun menjadi lebih rendah dan lebih mendekati tanah

5.     Proporsi cabang-cabang dan ranting-ranting meningkat

Efek dari bertambahnya elevasi terhadap keseluruhan tegakan, yaitu :

1.     Banyak/jumlah batang per hektar bertambah, namun proporsi dari batang yang mempunyai klas diameter lebih besar menurun

2.     Tinggi rata-rata dari tegakan menurun

3.     Riap tahunan rata-rata dari seluruh tegakan dewasa menjadi sangat kurang

4.     Proporsi dari ranting-ranting dan kayu cabang meningkat.

Lereng dapat didefnisikan sebagai sudut yang dibentuk oleh permukaan dengan horisontal, dan menunjukkan habungan dari permukaan tempat tumbuh terhadap horisontal (Lakitan, 1993). Efek penting dari lereng adalah terhadap pengaliran air di atas permukaan tanah dan drainase, dan melalui faktor-faktor kandungan air tanah. Efek penting lainnya adalah melalui pengeringan terhadap temperatur dan air dari permukaan tanah. Lereng merubah intensitas pengeringan dengan cara merubah sudut jatuh sinar matahari. Kedalaman tanah dan kandungan air berubah secara langsung dengan besarnya lereng.  Besar kecilnya lereng dan pengaruhnya terhadap keadaan tanah adalah sebagai berikut :

a.    Lereng-lereng kecil, kedalaman tanahnya sedang, suplai air biasanya banyak. Produksi dapat tinggi asalkan iklim baik.

b.    Lereng-lereng sedang, kedalaman tanah sedang, suplai air sedang. Tegakan-tegakan rapat dan produksi tinggi kalau iklim baik.

c.    Lereng-lereng curam, tanah biasanya dangkal, pohon-pohon tertentu tumbuh disini, terutama yang dangkal perakarannya.

d.    Lereng-lereng Amat curam, tanahnya tipis dengan batu-batuan tersebar dipermukaan. Biasanya ditumbuhi pohon-pohon dan kecil.

Lakitan (1993), arah lereng juga berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon, karena arah lereng menentukan banyaknya sinar matahari yang diterima. Lereng yang mengarah ke kutub jauh lebih lembab dan lebih sejuk daripada yang mengarah ke khatulistiwa/equator. Lereng yang menghadap ke timur kena pengaruh matahari pagi, dan lebih terlindung dari pengaruh angin barat daya dan angin barat selama bagian siang hari yang terpanas. Lereng yang menghadap ke Timur bagus untuk pertumbuhan pohon dan seringkali ditandai dengan oleh tegakan-tegakan yang rapat dan yang baik pertumbuhannya. Begitu juga dengan lereng-lereng yang menghadap ke utara terlindung dari efek matahari selama siang hari dan juga terlindung dari efek angindan biasanya pertumbuhan pohon juga baik di sini. Lereng-lereng yang menghadap ke selatan keadaannya panas dan relatif kering seperti halnya dengan lereng-lereng yang menghadap ke barat. Keadaan kering di sini menyebabkan api lebih cepat merusak, sehingga pertumbuhan pohon umumnya terganggu.

Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman (Kramer dan Kozlowski, 1979).  Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik ditempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduh/bernaungan. Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi (Faridah, E. 1996).

Banyak spesies memerlukan naungan pada awal pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan dapat dikurangi secara bertahap. Beberapa spesies yang berbeda mungkin tidak memerlukan naungan dan yang lain mungkin memerlukan naungan mulai awal pertumbuhannya. Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan semai-semai yang berkualitas.  Naungan berhubungan erat dengan temperatur dan evaporasi. Oleh karena adanya naungan, evaporasi dari semai dapat dikurangi. Beberapa spesies lain menunjukkan perilaku yang berbeda. Beberapa spesies dapat hidup dengan mudah dalam intensitas cahaya yang tinggi tetapi beberapa spesies tidak. (Suhardi, 1995), Sebagian dari jenis-jenis dipterocarpaceae terutama untuk jenis kayu yang mempunyai berat jenis tinggi atau tenggelam dalam air atau sebagian lagi tergolong jenis semi toleran atau gap appertunist yaitu jenis-jenis yang memiliki kayu terapung atau berat jenis rendah.

Kebutuhan cahaya untuk pertumbuhannya di waktu muda (tingkat anakan) berkisar antara 50 – 85 % dari cahaya total. Untuk jenis-jenis semitoleran naungan untuk anakan diperlukan sampai umur 3 – 4 tahun atau sampai tanaman mencapai tinggi 1 – 3 meter. Sedangkan untuk jenis-jenis toleran lebih lama lagi yaitu 5 – 8 tahun. Sangat sedikit jenis yang tergolong intoleran antara lain Shorea concorta (Rasyid H. A. dkk, 1991).

Suhardi (1995) mengemukakan Hopea gregaria yang termasuk dalam jenis Dipterocarpaceae, di tempat penuh memberikan pertumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tempat cahaya masuk sebahagian. Dibandingkan dengan lama penyinaran dan jenis cahaya, intensitas cahaya merupakan faktor yang paling berperan terhadap kecepatan berjalannya fotosintesis.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sampai intensitas 10.000 lux, grafik kecepatan fotosintesis bergerak linear positif. Data penelitian tersebut adalah untuk tanaman dewasa, sedangkan untuk tanaman muda (tingkat semai-sapihan) belum diperoleh data. Selain itu, penelitian mengenai kekhususan sifat akan kebutuhan cahaya pada jenis-jenis tanaman tertentu juga belum dikerjakan. Pengurangan intensitas sinar sampai 60% berpengaruh positif nyata terhadap pertumbuhan awal tinggi dan diameter semai kapur.

Rasyid H.A dkk (1991) lebih jauh menjelaskan bahwa penanaman jenis Diperocarpaceae di lapangan terbuka harus mempergunakan peneduh. Jenis tanaman peneduh yang dapat digunakan antara lain Albizia falcataria (Sengon) atau jenis lain yang memiliki tajuk ringan dan memiliki persyaratan tempat tumbuh yang sama dengan jenis Dipterocarpaceae yang akan ditanam ditempat tersebut. Pada umumnya anakan meranti khususnya pada tingkat seedling kurang tahan terhadap defisit air tanah, kecuali anakan Shorea leprosula. Pada tempat terbuka kondisi permudaan semai umumnya berdaun kecil dan lemah. Pada bagian hutan yang bercelah lebar umumnya banyak dijumpai tumbuh pancang dan tiang. Permudaan tingkat semai dari jenis-jenis meranti ringan umumnya kurang tahan terhadap naungan berat, kecuali permudaan dari jenis-jenis meranti berat/tenggelam.

Marjenah (2001) yang mengadakan penelitian untuk jenis Shorea pauciflora dan Shorea selanica mengemukakan, pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman dipengaruhi oleh cahaya; pertumbuhan tinggi lebih cepat pada tempat ternaung daripada tempat terbuka. Sebaliknya, pertumbuhan diameter lebih cepat pada tempat terbuka dari pada tempat ternaung sehingga tanaman yang ditanam pada tempat terbuka cendrung pendek dan kekar.  Sudut percabangan tanaman lebih besar di tempat ternaung daripada di tempat terbuka.

Simarangkir (2000) lebih lanjut memperlihatkan perbandingan besar riap diameter jenis Dipterocarpaceae Dryobalanops Lanceolata pada lebar jalur tanaman sebesar 56,8% pada lebar jalur tanaman 4 m dan pada lebar jalur tanam 2 m besarnya 43,2% sehinga nilai riap diameter pada jalur tanam 4 m lebih tinggi 5.7 mm (13,6%) dari tiap diameter dilebar jalur tanam 2 m. Hal ini menunjukkan bahwa ruang lingkup tumbuhnya lebih memadai untuk pertambahan diameter tanaman, disebabkan besarnya intensitas cahaya yang diterima telah cukup dan juga lebih bebas dari himpitan atau gangguan tanaman dari bagian samping atau sekitarnya mengakibatkan pertumbuhan tanaman kearah bagian samping terganggu/tertekan.  Lakitan (1993) menyatakan bahwa pertumbuhan diameter batang tergantung pada kelembaban nisbi, permukaan tajuk dan sistem perakaran juga dipengaruhi iklim dan kondisi tanah. Tingginya suhu udara akan meningkatkan laju transpirasi, hal ini antara lain dapat ditandai dengan turunnya kelembaban udara relatif. Apabila hal seperti ini cukup lama berlangsung maka, dapat menyebabkan keseimbangan air tanaman terganggu dan dapat menurunkan pertumbuhan tanaman termasuk diameter tanaman.

Pengujian pengaruh naungan terhadap pertumbuhan diameter semai Shorea pauciflora dan Shorea selanica secara keseluruhan menunjukkan bahwa antara perlakuan tanpa naungan riap diameter lebih besar daripada sarlon satu lapis dan sarlon dua lapis.  Hal ini membuktikan bahwa dalam pertumbuhannya, tumbuhan sangat memerlukan cahaya (sinar), sehingga pada kondisi dimana tumbuhan cukup mendapatkan cahaya untuk aktivitas fisiologisnya, tumbuhan cenderung melakukan pertumbuhan ke samping (pertumbuhan diameter).  Shorea pauciflora dan Shorea selanica yang ditanam pada bedengan dengan naungan sarlon mempunyai luas daun yang lebih besar daripada yang ditanam di pada tanaman sebagai akibat dari perbedaan intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman. 

Marjenah (2001) lebih lanjut menyatakan bahwa morfologi jenis memberikan respon terhadap intensitas cahaya juga terhadap naungan. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada jika berada pada tempat terbuka. mengemukakan bahwa jumlah luas daun menjadi penentu utama kecepatan pertumbuhan.  Keadaan seperti ini dapat dilihat pada hasil penelitian dimana daun-daun yang mempunyai jumlah luas daun yang lebih besar mempunyai pertumbuhan yang besar pula.

Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Jenis yang diteliti memberikan respon terhadap perbedaan intensitas cahaya. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Tanaman yang ditanam ditempat terbuka mempunyai daun yang lebih tebal daripada di tempat ternaung.   Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka.  Ditempat terbuka mempunyai kandungan klorofil lebih rendah dari pada tempat ternaung. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka. bahwa kandungan klorofil Shorea parvifolia pada tempat terbuka mempunyai kandungan klorofil lebih rendah yaitu 34,80 satuan, sedangkan dengan naungan sarlon satu lapis berjumlah 42,21 satuan dan naungan sarlon dua lapis 48,05 satuan; sedangkan Shorea smithiana pada tempat terbuka kandungan klorofilnya 32,91 satuan, naungan sarlon satu lapis 36,49 satuan dan naungan sarlon dua lapis 40,01 satuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Daniel et al (1992) bahwa daun-daun yang berasal dari posisi terbuka dan ternaung, atau dari tumbuhan toleran dan intoleran, mempunyai morfologi yang sangat bervariasi. Daun yang terbuka, lebih kecil, lebih tebal dan lebih menyerupai kulit daripada daun ternaung pada umur dan jenis yang sama

Simarangkir (2000) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh dengan intensitas cahaya nol persen akan mengakibatkan pengaruh yang berlawanan, yaitu suhu rendah, kelembaban tinggi, evaporasi dan transportasi yang rendah. Tanaman cukup mengambil air, tetapi proses fotosintensis tidak dapat berlangsung tanpa cahaya matahari. Sedangkan Lakitan (1993) berpendapat bahwa pengaruh cahaya terhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun serta batang. Pada umumnya cahaya yang diperlukan oleh setiap jenis tanaman berbeda.

No comments