SEL KELAMIN BAB 4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
Keterangan
|
Sperma normal
|
(Iqbal, 2007)
|
1. Sperma terdiri dari kepala, badan dan ekor.
2. Kepala mengandung nukleus haploid yang ditudungi oleh badan khusus yaitu akrosom
3. Di belakang kepala sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria yang menyediakan energi atau ATP
4. Untuk pergerakan ekor yang berupa sebuah flagel
5. Dalam kepala ada bahan inti dan suatu granula yang gelap disebut dengan akrosom dan berisi enzim yang memudahkan penembusan sperma ke dalam ovum.
6. Sejumlah mitokondria dalam badan melakukan metabolisme yang memberi energi untuk lokomosi
7. Ekor menggerakkan sperma spanjang perjalanan
|
Sperma abnormal
|
(Iqbal, 2007)
|
1. Kepala yang terlalu kecil atau terlalu besar, memanjang, berganda, dan berbentuk seperti buah per.
2. Badan atau ekor berganda, pembesaran bagian tengah, ekor atau bagian tengah melingkar atau pertautan abaksial.
|
4.1.1 Tabel Pengamatan sperma Mikroskopis
Perlakuan
|
PARAMETER
| |||
VOLUME
|
WARNA
|
VISKOSITAS
|
Ph
| |
Perokok Berat
|
1 ml
|
PS
|
Kental
|
7 (Normal)
|
PerokokSedang
|
1.5 ml
|
PK
|
Agak Kental
|
8 (Basa)
|
Tidak Merokok
|
2.5 ml
|
PK
|
Agak kental
|
9 (Basa)
|
Kambing
|
1.8 ml
|
PS
|
Kental
|
5 (asam)
|
4.1.2 Tabel Pengamatan sperma Makroskopis
Perlakuan
|
Gelombang masa
|
Motilitas
|
Viabilitas
| |
Masa
|
Individu
| |||
Perokok Berat
|
_
|
>50 %
|
Maju, bergerak, berekor
| |
Kambing
|
_
|
_
|
_
|
Mati
|
Tidak Merokok
|
++
|
0 %
|
_
|
Mati
|
Perokok Ringan
|
+
|
<50 %
|
Bergetar
|
<50%
|
Perlakuan
|
MORFOLOGI
| ||
Normal
|
Abnormal
|
Keterangan
| |
Kambing
|
a) Normal
1. Kepala
2. Leher
3. Ekor
b) Abnormal
1. Kepala Putus
2. Ekor putus
3. Ekor pendek
| ||
Perokok Berat
|
a. Normal
1. Kepala
2. Leher
3. Ekor
b. Abnormal
1. Kepala besar
2. Kepala bengkok
3. Kepala kecil
| ||
Perokok Ringan
|
a. Normal\
1. Ekor
2. Kepala
3. Leher
b. Abnormal
1. ekor bengkok
2. Tanpa ekor
| ||
Tidak merokok
|
Keterangan :
pH : derajat keasaman Viabilitas : kemampuan hidup atau mati (%)
M : motilitas (pergerakan)
PB : putih bening + + + : sangat bagus
PK : putih kuning + + : bagus
PM : putih merah + : kurang bagus
PH : putih hijau - : jelek
PS : putih susu
Viskositas : kekentalan
4.3 Pembahasan
4.3.1 Sperma pada Kambing
Sperma pada kambing jantan memiliki volume 1.8 ml dan derajat keasamannya pada suasana asam yaitu pHnya 5, warna sperma kambing jantan adalah putih susu yang berwujud sangat kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma kambing jantan sangat jelek dan viabilitasnya 100 % spermanya mati, karena semua telah terwarnai. Pada sperma kambing jantan, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bentuk ekornya panjang dan bagian kepalanya memanjang. Sperma kambing jantan setelah diwarnai dengan eosin ternyata banyak yang terwarnai dan hal ini membuktikan bahwa sperma banyak yang mati. Pada kambing mengalami abnormalitas pada sperma yaitu tidak mempunyai ekor, ada yang ekornya pendek dan kematian mencapai 100 %.
Kebanyakan air mani kambing jantan berwarna dengan variasi putih seperti susu sampai warna krem. Namun banyak di antara kambing jantan menghasilkan air mani normal yang berwarna kuning. Warna kuning merupakan sebagai warna yang normal bagi air mani kambing jantan dan tidak berpengaruh jelek terhadap spermatozoa dan tidak mempengaruhi fertilitas kambing jantan. Lopochrom berasal dari sel epitel kelenjar ampulla dan tidak dipengaruhi oleh sifat makanannya (Salisbury, 1985).
Volume air mani kambing jantan yang di ejakulasikan tidaklah sama di antara kambing jantan yang satu dengan yang lain, atau pada tiap jantan-jantan itu sendiri. Pada umumnya volume air mani akan bertambah banyak sesuai dengan umur, besar tubuh, perubahan keadaan kesehatan reproduksinya, daya kekuatan dan frekuensi penggunaannya. Kambing jantan yang masih muda akan menghasilkan air mani sedikit. Pada umumnya konsentrasi sejalan dengan perkembangan seksual dan kedewasaan kambing jantan, sesuai dengan kualitas makanan yang diberikan dan pengaruh kesehatan reproduksi dan besar testis (Nalbandov, 1990).
Umur spermatozoa kambing jantan di dalam epididimis sama dengan umur spermatozoa marmut. Pengaruh lingkungan epididimis merupakan lingkungan terbaik untuk ketahanan spermatozoa pada suhu tubuh. Pengaruh suhu terhadap testis di dalam skrotum menunjukkan bahwa spermatozoa dalam testis kurang tahan hidup dibandingkan dengan spermatozoa yang hidup di dalam epididimis dan spermatozoa dari bagian epididimis yang lebih rendah lebih tahan hidup daripada spermatozoa dalam kepala epididimis (Iksan, 1992).
pH air mani kambing jantan segar tergantung pada proporsi beberapa cairan yang tergabung di dalam air mani itu. Kebanyakan air mani normal yang dikumpulkan condong ke arah asam dari pH normal dengan variasi sekitar pH 6,5-6,9 dengan rata-rata sekitar 6,75. Air mani berkualitas baik, biasanya lebih ke arah asam (pH rendah) daripada air mani dengan konsentrasi spermatozoa yang rendah. Air mani berkualitas jelek, mengandung cairan yang banyak jumlahnya, berasal dari uretharalis dan kelenjar perlengkapan. Selama spermatozoa menguraikan fruktosa, di dalam air mani menjadi asam susu, didalam kondisi anaerob (tanpa udara) yang biasanya ditimbulkan karena spermatozoa itu disimpan di dalam tabung kapiler, pH air mani agaknya menurun sesuai dengan bertambahnya waktu dari pengumpulan air mani sampai pengukuran pH. Dari segi lain, kontaminasi air mani dengan kuman dan air mani yang banyak berisi spermatozoa mati, akan terbentuk amoniak dan pHnya akan menaik (Toelihere, 1993).
4.3.2 Sperma Manusia
Sperma pada manusia yang tidak merokok memiliki volume 2,5 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 9, warna sperma pada orang ini adalah agak putih susu yang berwujud kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini bagus dan viabilitasnya belum sempat di amati karena terbatasnya waktu pada saat praktikum. Pada sperma orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa jumlah spermanya sedikit dan banyak yang mati tetapi tidak berggerombol.
Sperma pada perokok 2 yaitu perokok sedang memiliki volume 1.5 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 8, warna sperma pada orang ini adalah putih kuning yang berwujud agak kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini kurang bagus dan viabilitasnya <50 % spermanya mati karena banyak jumlah sperma yang terwarnai. Pada sperma orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa spermanya bergerak cepat tetapi ada juga yang bergerak berputar-putar dan bergerak zig zag tidak teratur. Tetapi pada dasarnya sperma ini sebagian besar pergerakannya normal. Sperma ini ada yang berggerombol. Sperma yang hidup tidak terwarnai akan tetapi tidak bergerak karena diwarnai. Pada sperma ini juga ada sperma yang abnormal antara lain kepala lebih dari satu, kepala besar, ekor panjang, dan ada yang kepalanya kecil.
Kondisi abnormal di tandai dengan jika tidak ada koagulum pada sperma yang baru saja di ejakulasikan, selain itu juga dikarenakan waktu likuefaksi lama dan tidak sempurna (Partodihardjo, 1992).
Warna pemeriksaannya dilakukan dengan mata telanjang dengan latar belakang putih. Normal apabila warna bervariasi dari translusen (putih kanji) sampai putih keabuan atau putih kekuningan. Warna yang lain menunjukkan kelainan seperti kemerahan atau merah darah (hemospermia) dan putih susu (leukospermia). Bau sperma normal khas menyerupai bunga akasia. Bau tidak khas misalnya amis, pesing, dan bau obat. Bau khas sperma disebabkan adanya spermin yang dihasilkan oleh kelenjar prostate (Susilowati, 1992).
pH normal pada sperma antara 6,8-7,8 sedangkan pH abnormal lebih dari 7,8 dan kurang dari 6.8. Volume normal (normospermia) antara 2-6 ml. Volume <1 ml disebut hipospermia dan volume >6 ml disebut hiperspermia. Viabilitas digunakan untuk penentuan motilitas sperma. Sperma yang tidak bergerak belum tentu mati, mungkin saja dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak cocok, sehingga sperma tidak bergerak, kalau suatu saat baik kemungkinan sperma akan bergerak lagi (Iksan, 1992).
Kesuburan pria berkaitan dengan beberapa factor misalnya ukuran, bentuk dan jumlah sperma yang diejakulasikan. Sperma fertile mempunyai bentuk dan ukuran seragam, motilitasnya tinggi. Walaupun hanya satu sperma yang membuahi sebuah ovum, namun diperlukan jutaan sperma agar terjadi pembuahan. Sebuah spermatozoa mempunyai adaptasi tinggi untuk mencapai dan menembus ovum wanita. Ia tersusun dari sebuah kepala, badan dan sebuah ekor. Dalam kepala ada bahan inti dan suatu granula gelap yang disebut dengan akrosom dan berisi enzim yang memudahkan penembusan sperma ke dalam ovum. Sejumlah mitokondria dalam badan melakukan metabolisme yang memberi energi untuk lokomosi dan ekor menggerakkan sperma sepanjang perjalanan (Basoeki, 1988).
Kekentalan air mani akan menaik selaras dengan konsentrasi spermatozoa. Kekentalan air mani berkorelasi tinggi dengan konsentrasi spermatozoa, tetapi tidak dengan plasma seminalis sesudah sel mani dipisahkan atau air mani dalam penyimpanan. Kekentalan dan sifat-sifat air mani tergantung pada konsentrasi spermatozoa. Supaya analisa dapat dipertanggungjawabkan, setiap kali pipet yang digunakan untuk mengambil air mani harus dicuci dahulu dengan bahan pengencer atau bahan reagent analitik sebelum pipet itu dipakai lagi untuk mengambil air mani yang lain dengan konsentrasi yang berbeda untuk diteliti (Sadler, 1988).
Kepekatan semen dapat di nilai atau ditaksir dengan perhitungan jumlah spermatozoa dengan haemocytometer dan spectrophotometer (Mattheij, 1989).
Viabilitas spermatozoa merupakan spermatozoa yang hidup dan yang mati, selama spermatozoa hidup lapisan pembungkusnya tidak dapat ditembus oleh sejumlah zat warna tetapi spermatozoa mati zat warna tersebut akan masuk sampai ke bagian tengah kepala spermatozoa (Lindsay, 1989).
Abnormalitas sperma dibagi dalam 2 kelompok yaitu abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer terjadi di tubuli seminiferi dalam proses spermatogenesis. Abnormalitas sekunder terjadi sesudah spermatozoa, meninggikan tubuli seminiferus (Toelihere, 1979).
Bentuk-bentuk abnormalitas primer terjadi karena kelainan pada tubuli seminiferi dengan gangguan testikuler. Abnormalitas primer di tandai oleh kepala yang terlalu kecil atau terlalu besar, memanjang, berganda, dan berbentuk seperti buah per, badan atau ekor berganda, pembesaran bagian tengah, ekor atau bagian tengah melingkar atau pertautan abaksial (Toelihere, 1993).
Abnormalitas sekunder terjadi karena sel atau bakal sel kelamin jantan meninggalkan epitel kecambah pada tubuli seminiferi, selama perjalanan melalui saluran epididimis dan vas deferens, selama ejakulasi dan perjalanannya melalui urethra atau manipulasi terhadap ejakulat termasuk agitasi (Iksan, 1992).
4.3.3 Perbandingan Antara Sperma Kambing Dan Sperma Manusia
Secara morfologis bentuk sperma pada kambing dan manusia sangat berbeda. Pada sperma manusia bentuk kepalanya bulat, lehernya berbentuk bulat dan pendek sedangkan ekornya berbentuk bulat dan panjang. Pada sperma kambing bentuk kepala lebih besar dari sperma manusia dan lebih lonjong. Pada bagian kepala sperma kambing memanjang dan ekornya juga panjang.
4.3.4 Perbandingan Antara Sperma Kambing, Bukan Perokok, Perokok sedang Dan Perokok berat
Pada sperma kambing jantan, dapat terlihat bentuk ekornya panjang dan bagian kepalanya memanjang. Sperma kambing jantan setelah diwarnai dengan eosin ternyata banyak yang terwarnai dan hal ini membuktikan bahwa sperma banyak yang mati. Pada kambing mengalami abnormalitas pada sperma yaitu tidak mempunyai ekor, ada yang ekornya pendek dan kematian mencapai 100 %. Pada sperma orang yang tidak merokok, dapat terlihat bahwa jumlah spermanya sedikit dan banyak yang mati tetapi tidak berggerombol. Sedangkan pada sperma perokok berat, dapat terlihat bahwa jumlah spermanya lebih banyak daripada perokok sedang dan jumlah sperma yang mati juga lebih banyak daripada perokok sedang. Ada sperma yang bergerak lurus dan sedikit memutar-mutar, sperma pada perokok berat ini juga banyak yang menggerombol. Pada sperma ini ditemukan sperma abnormal antara lain ekornya tidak ada atau putus, kepala dua dan lehernya agak besar. Pada sperma perokok sedang, dapat terlihat bahwa spermanya bergerak. Tetapi pada dasarnya sperma ini sebagian besar pergerakannya normal. Sperma ini ada yang berggerombol. Sperma yang hidup tidak terwarnai akan tetapi tidak bergerak karena diwarnai. Pada sperma ini juga ada sperma yang abnormal antara lain kepala lebih dari satu, kepala besar, ekor panjang, dan ada yang kepalanya kecil.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum tentang pengamatan sel kelamin kali ini adalah sebagai berikut :
1. Sperma pada kambing jantan memiliki volume 1,8 ml dan derajat keasamannya pada suasana asam yaitu pHnya 5, warna sperma kambing jantan adalah putih susu yang berwujud sangat kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma kambing jantan sangat jelek dan viabilitasnya 100 % spermanya mati, karena semua telah terwarnai. Sperma kambing jantan setelah diwarnai dengan eosin ternyata banyak yang terwarnai dan hal ini membuktikan bahwa sperma banyak yang mati. Pada kambing mengalami abnormalitas pada sperma yaitu tidak mempunyai ekor, ada yang ekornya pendek dan kematian mencapai 100 %.
2. Sperma pada manusia yang tidak merokok memiliki volume 2,5 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 9, warna sperma pada orang ini adalah agak putih susu yang berwujud kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini bagus dan viabilitasnya belum sempat di amati karena terbatasnya waktu pada saat praktikum. Pada sperma orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa jumlah spermanya sedikit dan banyak yang mati tetapi tidak berggerombol.
3. Sperma pada perokok berat memiliki volume 1 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 7, warna sperma pada orang ini adalah putih kuning yang berwujud agak encer. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini kurang bagus dan viabilitasnya belum sempat di amati karena terbatasnya waktu saat praktikum. Pada sperma orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa jumlah spermanya lebih banyak dari pada perokok sedang dan jumlah sperma yang mati juga lebih banyak daripada perokok sedang. ada sperma yang bergerak lurus dan sedikit memutar-mutar, sperma pada perokok berat ini juga banyak yang menggerombol. Pada sperma ini ditemukan sperma abnormal antara lain ekornya tidak ada atau putus, kepala dua dan lehernya agak besar.
4. Sperma pada perokok sedang memiliki volume 1,5 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 8, warna sperma pada orang ini adalah putih kuning yang berwujud agak kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini kurang bagus dan viabilitasnya <50 % spermanya mati karena banyak jumlah sperma yang terwarnai. r.
5. Secara morfologis bentuk sperma pada kambing dan manusia sangat berbeda. Pada sperma manusia bentuk kepalanya bulat, lehernya berbentuk bulat dan pendek sedangkan ekornya berbentuk bulat dan panjang. Pada sperma kambing bentuk kepala lebih besar dari sperma manusia dan lebih lonjong. Pada bagian kepala sperma kambing memanjang dan ekornya juga panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Basoeki, Soedjomo. 1988. Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Jakarta : LPTK
Eddy, E. M. 1998. The Spermatozoon. New York : Raven Press
Hafez, E. S. E. 1993. Reproduktion In Farm Animals. USA : Lea and Febiger
Iksan. 1992. Diktan Inseminasi Buatan. Malang : UB Press
Iqbal, 2007. http://one.indoskripsi.com/content/anatomi-dan-fungsi-reproduksi-hewan-jantan. Di akses tanggal 10 Mei 2010
Iqbal, 2007. http://one.indoskripsi.com/content/kandungan nikotin pada rokok. Di akses tanggal 10 Mei 2010
Junquiera, Luis C. Carneiro Jose. 1980. Histologi Dasar Edisi Ketiga. Alih bahasa Adji Dharma. Jakarta : EGC
Lindsay. 1982. Reproduction In Domestic Livestock In Indonesia. University Of Queensland Press
Mukayat, Djarubita. 1984. Reproduksi Hewan. Surabaya : IKIP Press
Novian, Darkuni. 1994. Embriologi Hewan I. Malang : IKIP Malang
Partodihardjo, Soebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya
Sadler, TW. 1988. Embriologi Kedokteran Edisi 5. Alih bahasa Irwan Susanto. Jakarta : EGC
Salisbury. 1985. Fisiologi Reproduksi Inseminasi Buatan Pada Sapi. Yogyakarta : UGM Press
Sudarwati, S. 1993. Perkembangan Hewan. Bandung : ITB
Susilowati. 1989. Laporan Praktikum Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan. Malang : UB Press
Toelihere, Mozes. 1993. Analisis Kualitas Semen Pada Ternak. Bandung : Angkasa
Yatim, W. 1996. Histologi. Bandung : Tarsito
No comments