Breaking News

EMBRIOLOGI BAB 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetik yang berasal dari kedua parentalnya. Masuknya spermatozoa kedalam ovum, maka ovum dapat tumbuh menjadi individu baru (Sudarwati, 1993).
Mammalia betina pada umumya, hanya akan berkopulasi dengan jantan selama fase estrus, yaitu ketika sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Kadang-kadang kopulasi dapat terjadi pada waktu antara 5 jam sebelum ovulasi sampai 8 jam setelah ovulasi. Fase estrus biasanya ditandai dengan alat kelamin luarnya, yaitu vulva yang membengkak dan berwarna kemerahan. Keberhasilan perkawinan mencit ditandai dengan adanya sumbat vagina (vaginal plug) yaitu suatu gumpalan cairan yang menutupi lubang vagina. Adanya sumbat vagina merupakan hari kehamilan ke-0 mencit. Zigot yang terbentuk dari hasil fertilisasi akan mengalami perkembangan menjadi embrio (Kholil 2009).
Kelinci hanya akan kawin apabila betina dalam keadaan estrus. Lamanya siklus estrus pada betina biasanya antara 4-5 hari. Fertilisasi terjadi didalam oviduk, tepatnya yaitu sepertiga bagian sebelah atas oviduk. Dalam hal ini sperma biasanya dapat mencapai ovum dikarenakan gerakan dari sperma itu sendiri atau karena gerakan menggelombang uterus dan oviduk (Rugh, 1971).
Kehamilan akan meningkatkan metabolisme dalam tubuh iduk. Pada kehamilan yang normal, akan terjadi perubahan pada tubuh induk atau ibu hamil, yang berhubungan dengan darah, sistem kardiovakular, pencernaan, jaringan lemak dan saluran urogenitalis. Disamping itu ditemukan kenaikan berat badan induk yang dikarenakan membesarnya janin, jaringan plasenta dan jaringan pada bagian lain dari tubuh induk (Toelihere, 1979).

2.2  Pengertian Embrio
Janin atau embrio adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa (Yatim, 1990).

2.3  Pembentukan, Pertumbuhan Dan Perkembangan Embrio
Setelah terjadinya fertilisasi yaitu ditandai dengan adanya kehamilan. Selama periode kehamilan akan terjadi serangkaian proses perkembangan embrio. Proses perkembangan embrio diawali dengan proses pembelahan, diferensiasi, perpindahan dan organogenesis. Pada Mammalia pembelahan terjadi secara holoblastis. Pembelahan pertama akan melalui bidang longitudinal yang terletak dibagian atas bidang ekuator. Pembelahan kedua melalui bidang meridional, tetapi hanya pada blastomer kutub vegetal. Kemudian diikuti dengan pembelahan blastomer di kutub animal, sehingga terbentuk 4 blastomer. Pembelahan ketiga terjadi pada blastomer di kutub vegetal secara tidak serentak. Kemudian diikuti dengan pembelahan blastomer di kutub animal yang juga terjadi secara tidak bersamaan. Di akhir pembelahan ketiga akan terbentuk 8 balstomer (Hafez, 1993).
Perkembangan embrio melalui beberapa tahap yaitu segmentasi, blastulasi, gastrulasi, neurulasi, dan organogenesis (Susilowati, 1989).
2.3.1 Segmentasi
Pembelahan atau segmentasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer. Pembelahan itu bisa meliputi seluruh bagian, bisa pula hanya sebagian kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertical, ekuator dan longitudinal. Segmentasi pertama terjadi didalam ampula oviduk, sekitar 24 jam setelah fertilisasi, pembelahan berlanjut selama 2-3 hari (Sudarwati, 1993).
2.3.2 Morulla
Morulla yang terdiri dari 16 sel terbentuk 2,5 hari setelah fertilisasi. Pada hari kehamilan ke-3 morulla turun ke dalam uterus. Mula-mula berbentuk morulla, yaitu semacam gumpalan buah anggur diselaputi zona pellucida. Morulla tumbuh menjadi blastula (blastocyst), setelah membentuk rongga yang berisi cairan di dalamnya (Adnan, 2007).
2.3.3 Blastulasi
Setelah sel-sel morulla mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi. Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embrio akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embrio pada endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990).
Blastulasi dimulai di dalam uterus, ketika morula terdiri atas 32-64 sel. Diantara sel-sel morula terbentuk rongga yang disebut blastocoel. Kelompok sel-sel pada kutub animal disebut Inner Cell Mass, akan berkembang menjadi embrio selanjutnya. Lapisan sel-sel tunggal yang mengelilingi blastocoel disebut trofoblas, akan berkembang menjadi selaput-selaput ekstraembrio. Blastula Mammalia disebut blastokista. Blastokista berada bebas dalam cairan di lumen uterus sambil mempersiapkan diri untuk berimplantasi. Pada hari kehamilan ke-4 dan ke-5 blastokista mulai berimplantasi dalam endometrium uterus. Implantasi telah lengkap pada hari kehamilan ke-6. Segera setelah implantasi, embrio memasuki tahap gastrulasi, neurulasi dan organogenesis (Kholil, 2009).
Blastula tumbuh menjadi 2 jaringan : embryoblast (pemberi makan). Zona pellucida pun pecah dan masih berada pellucida yang masih berada di luar ovum hancur (Adnan, 2007).
Blastulasi dimulai di dalam uterus, ketika morulla sudah terdiri dari atas 32-64 sel. Diantara sel morulla terbentuk rongga yang disebut blastocoel. Trofoblast merupakan lapisan dari beberapa sel yang akan mengelilingi blastocoel, lapisan ini akan berkembang menjadi selaput-selaput blastocoel ekstrembrio (Sugiono, 1996).
Menurut bentuknya blastula dibagi menjadi 3 macam diantaranya (Sudarwati, 1993) :
1.      Coeloblastula yaitu balastula bundar yang berasal dari telur homo lecithal dan mediolecithal.
2.      Discoblastula yaitu blastula yang berbentuk gepeng atau disebut juga blatula cakram, berasal dari telur homolecithal yang mengalami pembelahan holoblastik tak teratur.
3.      Stereobaltula yaitu bentuknya seperti coeloblastula tapi masif
2.3.4 Gastrulasi
Gastrulasi merupakan pertumbuhan yang terjadi setelah blastula. Pada tingkat ini terjadi proses dinamisasi daerah-daerah bakal pembentuk alat pada blastula, diatur dan dideretkan sesuai dengan bentuk tubuh sepesies yang bersangkutan. Istilah gastrula berasal dari kata gastrum atau gaster (lambung), karena pada fase ini akan terjadi proses pertumbuhan yang kelak akan menjadi saluran pencernaan (Yatim, 1996).
Gastrula adalah tingkatan perkembangan embrio dimana terjadi proses pembentukan lapis benih (germ kayer). Tanda khas tingkatan ini adalah terbentuknya calon sitem pencernaan yaitu gastrocoel (archenteron). Pada tingkatan ini juga terjadi diferensiasi yang pertama kali yaitu ektoderm, mesoderm yang pada tingkatan sebelumnya tidak terjadi (blastula) (Suntoro, 1990).
Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan (Lindsay, 1982).
2.3.5 Tubulasi Dan Diferensiasi
Mengiringi proses gastrulasi disebut proses tubulasi. Proses tubulasi terjadi mulai dari daerah kepala sampai ekor, kecuali mesoderm, yang hanya berlangsung di daerah truncus embrio. Sementara pada saat tubulasi berlangsung, maka embrio pun menjadi lebih besar serta bertambah panjang dan akan mengahasilkan tubuh yang berbentuk batang yang merupakan ciri dari Chordata (Sugiono, 1996).
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang (Sudarwati, 1993).
Mengiringi proses tubulasi terjadi proses diferensiasi. Diferensiasi terjadi pada ketiga tabung benih yang mana pada pertumbuhan berikutnya akan membentuk (organ), bentuk definitif (Campbell, 2003).
Diferensiasi berlangsung pada jaringan embrio awal. Di sini berlaku daur sel. Sel muda yang bersifat pluripotent atau totipotent setelah mengalami diferensiasi akan menjadi sel dewasa unipotent, yaitu yang mengalami satu macam  struktur dan aktivitas. Diferensiasi ini berlangsung sejak zygote, yakni setelah terjadi fertilisasi, dan berakhir pada tingkat organogenesis (Sadler, 1988).
2.3.6 Organogenesis
Organogenesis disebut juga dengan morphogenesis. Pada periode ini embrio akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies, pada masa ini juga akan mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter psikis dan fisik) serta roman atau wajah yang khusus bagi setiap individu (Sugiono, 1996).
Pada kambing permulaan pembentukan organ dan bagian-bagian tubuh berlangsung sejak minggu kedua sampai keenam masa kebuntingan. Selama periode ini saluran pencernaan, paru-paru, hati dan pankreas berkembang dari usus primitif (Toelihere, 1993).

2.4  Plasenta
Segala kebutuhan embrio untuk perkembangannya diperoleh dari induk, melalui organ ekstra embrio yang disebut plasenta. Pembentukan plasenta dimulai pada hari kehamilan ke-8 (Susilowati, 1989).
Plasenta adalah tenunan tubuh embrio dari hewan induknya, yang terjalin pada waktu tumbuhnya embrio untuk keperluan penyaluran makanan dari induk kepala anak dan zat buangan dari anak ke induk (Partodihardjo, 1992).
Plasenta dapat di anggap sebagai suatu homograft, karena secara genetik ia berbeda dari hewan induk. Walaupun ia bersatu secara intim dengan jaringan induk ia tidak ditolak sampai kelahiran, suatu periode yang cukup lama untuk berlangsungnya suatu reaksi hormonal dari homograft tersebut (Mukayat, 1984).
Plasenta merupakan organ ekstra dari embrio yang mana segala kebutuhan embrio untuk perkembangannya diperoleh dari induknya. Pembentukan plasenta ini dimulai pada hari kehamilan ke-85 (Kholil, 2009).
Fungsi plasenta diantaranya adalah sebagai berikut (Yatim, 1996) :
1.      Sebagai paru-paru untuk keluar masuknya gas pernafasan.
2.      Sebagai usus untuk mengapsropsi bahan makanan.
3.      Sebagai ginjal untuk membuang ampas metabolisme janin
4.      Menghasilkan zat untuk memelihara pertumbuhan janin.

No comments