BTP Pengemulsi, Pemantap dan Pengental
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan makanan, Pengelmulsi,
pemantap, dan pengental adalah bahan tambahan makanan yang dapat membantu
terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan.
Emulsi
adalah suatu sistem yang terdiri dari
dua fase cairan yang tidak saling melarut, di mana salah satu cairan
terdispersi dalam bentuk globula-globula di dalam cairan lainnya. Cairan yang
terpecah menjadi globula-globula dinamakan fase terdispersi, sedangkan cairan
yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase kontinyu atau medium dispersi
Istilah pengemulsi (emulsifier) atau surfaktan dalam
beberapa hal kurang tepat. Alasannya,
bahan ini dapat melakukan beberapa fungsi yang pada beberapa jenis
produk tidak berkaitan langsung dengan pembentukan emulsi sama sekali.
Fungsi-fungsi pengemulsi pangan dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan utama yaitu :
a.
Untuk mengurangi tegangan permukaan
pada permukaan minyak dan air, yang mendorong pembentukan emulsi dan
pembentukan kesetimbangan fase antara minyak, air dan pengemulsi pada permukaan
yang memantapkan antara emulsi.
b. Untuk
sedikit mengubah sifat-sifat tekstur, awetan dan sifat-sifat reologi produk
pangan, dengan pembentukan senyawa kompleks dengan komponen-komponen pati dan
protein.
c. Untuk memperbaiki tekstur produk
pangan yang bahan utamanya lemak dengan mengendalikan keadaan polimorf lemak.
Sistem kerja emulsifier berhubungan erat dengan
tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial). Selama
emulsifikasi, emulsifier berfungsi menurunkan tegangan interfasial sehingga
mempermudah pembentukan permukaan interfasial yang sangat luas. Bila tegangan interfasial turun sampai di
bawah 10 dyne per cm, maka emulsi dapat dibentuk. Sedangkan bila tegangan
interfasial mendekati nilai nol, maka emulsi akan terbentuk dengan spontan.
Berikut ini adalah contoh-contoh
emulsifier yang umum digunakan dalam bahan pangan :
a.
Mono
dan Diglycerides, dikenal juga dengan istilah discrete substances. Pertama kali dibuat oleh Berthelot pada tahun
1853 melalui reaksi esterifikasi asam lemak dan glycerol. Mono dan diglycerides merupakan zat
pengemulsi yang umum digunakan.
Komponen-komponen ini dapat diperoleh dengan memanaskan triglyceride dan
glycerol dengan suatu katalis yang
bersifat basa. Reaksi ini akan
menghasilkan campuran yang terdiri dari ± 45 persen monogliserida dan ± 45 persen digliserida, serta ± 10 persen trigliserida bersama-sama
dengan sejumlah kecil gliserol dan asam-asam lemak bebas. Mono dan digliserida yang terbentuk kemudian
dipisahkan dengan cara destilasi molekuler.
Yang tergolong mono dan diglycerides antara lain:
·
Glycerol
monolaurate, dibuat
dari reaksi glycerol dan asam laurat.
·
Ethoxylated
mono dan diglycerides (EMG),
juga
disebut dengan polyoxyethylene (20) mono dan diglycerides.
·
Diacetyl
tartaric acid ester of monoglycerides (DATEM).
·
Lactic
acid ester of monoglycerides, misalnya glyceril lactylpalmitate.
·
Succinylated
monoglycerides
b.Stearoyl Lactylates, merupakan hasil reaksi dari steric
acid dan lactic acid, selanjutnya diubah ke dalam bentuk garam kalsium dan
sodium. Bahan pengemulsi ini sering digunakan dalam produk-produk bakery.
c.
Propylene
Glycol Ester, merupakan
hasil reaksi dari propylene glycol dan asam-asam lemak. Umumnya digunakan dalam pembuatan kue, roti dan whipped topping.
d. Sorbitan
Esters. Asam sorbitan yang terbentuk dari
reaksi antara sorbitan dan asam
lemak. Sorbitan adalah produk dihidrasi
dari gula alkohol yang dapat diperoleh secara alami yaitu sorbitol. Sampai saat ini hanya sorbitan monostearat,
satu-satunya ester sorbitan yang diizinkan digunakan dalam pangan. Bahan
tersebut umumnya digunakan dalam pembuatan kue, whipped topping, cake icing,
coffee whiteners, serta pelapis pelindung buah dan sayuran segar.
e.
Polysorbates.
Ester polioksietilen sorbitan umumnya disebut polisorbat. Ester ini dibuat dari reaksi antara
ester-ester sorbitan dan ethylene
oxide. Tiga jenis polisorbat yang
diizinkan untuk digunakan dalam pangan adalah polisorbat 60, Polisorbat 65,
polisorbat 80.
f. Polyglycerol Ester, dibuat dari
reaksi antara asam-asam lemak dan
glycerol yang sudah mengalami polimerisasi. Tingkat
polimerisasinya antara 2-10 molekul. Ester-ester poliglycerol digunakan
dalam pangan yang diaerasi mengandung lemak, beverage, icing, dan margarine.
g.Ester-ester
Sukrosa, adalah mono,
di dan triester sukrosa dan asam-asam lemak. Ester ini dihasilkan dari reaksi
sukrosa dan lemak sapi. Penggunaannya
dalam pangan umumnya pada pembuatan roti, produk tiruan olahan susu, dan whipped milk product.
h.Lecitin, adalah campuran fosfatida dan senyawa-senyawa
lemak yang terdiri dari fosfatidil kolin, fosfatidil etanolamin, fosfatidil
inositoll, dan komponen-komponen lainnya.
Lesitin
merupakan bahan penyusun alami pada hewan maupun tanaman. Lecitin paling banyak diperoleh dari kedele
dan kuning telur. Biasanya digunakan
untuk emulsifier pada margarine, roti, kue dan lain-lain.
Algin
Algin merupakan
komponen utama dari getah ganggang coklat (Phaeophyceae)
yang diperoleh dengan cara melarutkannya dalam alkali larutan natrium karbonat.
Proses ini untuk menghilangkan selulosa sekaligus memisahkan algin dalam bentuk
garam kalsium atau asam alginat. Selain itu, produk sampingan terpenting
proses pemisahan Algin adalah propilen glikol alginat.
Algin
yang memiliki mutu food grade harus
bebas dari selulosa serta warnanya sudah dilunturkan. Fungsi algin dalam
industri pangan dianggap cukup penting, sebagai salah satu alternatif bahan
tambahan makanan yang halal. Fungsi algin pada prinsipnya dapat
menggantikan gelatin atau lemak hewan yang berfungsi sebagai
stabilizer-emulsifier dan pengental penstabil emulsi.
Algin
merupakan molekul linier dengan berat molekul tinggi. Kondisi ini
memberikan implikasi pada algin, yakni
mudah menyerap air. Inilah alasan
yang memungkinkan algin dijadikan
sebagai bahan pengental. Di samping proses pengentalan larutan itu
sendiri, algin juga dapat meningkatkan daya suspensi larutan tersebut
(stabilisator).
Pada sistem
yang lain, algin -- yang memiliki produk sampingan propilen glikol alginat
-- memiliki gugus hidrolik dan
lipofilik. Keadaan ini memungkinkan algin berfungsi sebagai pengemulsi
yang asli dengan sifat pengental yang kuat. Dengan sifat-sifat di atas, algin
digunakan dalam industri makanan pada produk:
a. Susu (es krim).
Dalam hal ini, algin berfungsi sebagai
stabilisator yang dapat menjaga keutuhan es krim dan membuahkan tekstur yang
halus. Selain itu mencegah timbulnya kristal es yang besar dalam produk
yang dihasilkan – sesuatu yang sangat
dihindari dalam pembuatan es krim. Algin juga digunakan sebagai stabilisator
pada produk susu lainnya, seperti susu
es (ice milk), milk shake mixes dan
sherbets, yoghurt, roti dan kue. Karena
sifatnya yang baik dalam menahan air (water holding capacity), algin dapat
mengatasi cepat mengeringnya produk pada keadaan udara berkelengasan
rendah. Algin dipergunakan pada roti dan kue dalam cake filling dan toppings, bakery
jellies, pie filling dan lain sebagainya.
b.Bumbu salad.
Propylen glikol alginat yang terdapat pada algin memiliki sifat selain sebagai
pengemulsi, juga sebagai bahan pengental. Karena itu, algin sangat tepat jika ditambahkan dalam produk french dressing. Adanya algin pada
produk tersebut akan membuat bumbu salad menjadi tahan lama dan tidak pecah,
baik disimpan pada suhu tinggi maupun suhu rendah.
c. Permen
agar-agar. Algin mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menahan air
yang baik. Penggunaan algin dalam
pembuatan permen agar-agar menjadikan
permen bersifat bening dan tahan lama serta memiliki tekstur yang empuk sampai
saat pengunyahan.
d.Produk kalengan. Produk pangan
yang dikalengkan, biasanya mengandung cairan. Penambahan algin mengganti
sebagian besar pati pada produk pangan kaleng untuk mengurangi waktu proses
pemanasan. Pengurangan waktu proses pemanasan ini berkaitan dengan adanya
ion kalsium pada algin. Saat terjadi pemanasan, ion kalsium
terhambat. Akibatnya, larutan memiliki viskositas yang rendah.
Setelah proses pemanasan-sterilisasi selesai dan suhu diturunkan, ion kalsium
bereaksi dengan algin yang menyebabkan viskositas meningkat hingga mencapai
kondisi yang diinginkan.
e. Karena memiliki
kandungan kalori yang rendah (1,4 kkal/gram) algin juga digunakan pada produk
pelangsing tubuh (dietetic foods).
Selain cocok untuk produk pangan, algin
juga dapat digunakan pada produk obat-obatan dan kosmetika. Sebagai
contoh untuk bahan suspensi, stabilisator dalam pembuatan salep dan sebagai
pengikat (binder) dalam pembuatan tablet.
Bahan penstabil dan pemekat
Kanji, dekstrin, pektin, amilosa,
gelatin, karagenan, dan turunan protein termasuk bahan penstabil dan pemekat.
Bahan-bahan tersebut memberikan kestabilan dan kepekatan kepada makanan
termasuk pembentukan gel seperti pada agar-agar. Makanan yang memerlukan
bahan-bahan ini antara lain pie, puding, minuman susu coklat, jeli, dan
dressing salad.
Bicara mengenai penstabil dan
pemekat, kita mungkin perlu memberikan perhatian lebih terhadap gelatin. Sumber
gelatin bisa hewan maupun tumbuhan. Gelatin diperoleh dari pemanasan kolagen
(diambil dari tulang dan tendon hewan) dalam air. Gelatin digunakan secara
meluas dalam industri makanan. Oleh karena itu konsumen perlu berhati-hati membeli makanan yang mempunyai gelatin pada
labelnya.
No comments