Panen dan Pengolahan Hasil Panen Kelapa Sawit
Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan
membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6
bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat
dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika
masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal.
Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai
tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa
sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan
mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik.
Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat
panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen.
Proses
pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut
brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke
pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen,
alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.
1.
Kriteria matang Panen
Kriteria
matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah
pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan
minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria
umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman
dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan
tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20
butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg
tandan buah segar (TBS) terdapat dua brondolan.
2.
Cara panen
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen
yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman
yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan
tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan
alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari
10 m dengan menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan
pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu
dan diatur rapi di tengah gawangan.
No comments